Rabu, 15 Januari 2014

Alkisah Penebang Kayu

> > Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk
> > menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi
> > kerja
> > yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu
> > pun
> > bertekad untuk bekerja sebaik mungkin. Saat mulai bekerja, si majikan
> > memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus
> > diselesaikan
> > dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.
> > Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari,
> > mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan
> > pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat
> > kagum
> > dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang
> > sepertimu
> > sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu."
> > Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang
> > bekerja
> > lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon.
> > Hari
> > ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak
> > memuaskan
> > bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon
> > yang
> > berhasil dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan
> > kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku
> > kepada
> > majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala
> > tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja
> > yang
> > kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.
> > Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu
> > mengasah
> > kapak?"
> > "Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk
> > setiap
> > hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga," kata si
> > penebang.
> > "Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan
> > kapak
> > baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa.
> > Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang
> > sama
> > tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka,
> > sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu,
> > agar
> > setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.
> > Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah
> > sang majikan.
> > Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang
> > berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
> > "Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu"
> > Istirahat bukan berarti berhenti.
> > "Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu"
> > Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.
> > Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga
> > malam
> > hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk,
> > sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu
> > istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah
> > pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme
> > kegiatan
> > seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan
> > selalu baru!
> > Salam sukses luar biasa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar