Selasa, 11 Februari 2014

Daftar Partai Terkorup

Menilai Tingkat Korupsi Partai-partai Peserta Pemilu 2014

22 Jan 2014 | 08:57
Menilai tingkat korupsi partai2 bukanlah suatu pekerjaan mudah. Kesulitannya adalah pada obyektifitas kita sebagai subyek penilai yang cenderung untuk agak subyektif dan obyek penilaian (partai) yang juga cenderung mau menang sendiri dan menganggap bahwa partainya bersih. Subyektifitas penilai yang cenderung memberikan penilaian bersih kepada partai yang diikuti dan memberi nilai tidak bersih kepada partai yang dibencinya. Disisi lain, yang sudah antipati terhadap partai akan menganggap semua partai tidak bersih.
Kesulitan kedua adalah kecenderungan kita menilai suatu obyek (partai) dengan pandangan hitam putih. Kesalahan kecil dari suatu partai dianggap tidak ada bedanya dengan sebuah kesalahan besar. Seorang anggota suatu partai yang melakukan kesalahan menempel poster didinding rumah warga dinilai sama dengan korupsi trilyunan dari salah seorang anggota partai lainnya.
Kesulitan yang ketiga adalah memberi bobot yang proporsional terhadap kesalahan suatu partai. Karena kesulitan inilah perlu kiranya kita melakukan penyederhanaan seperlunya.
Sebagai contoh untuk menilai korupsi suatu partai berdasarkan jumlah kasus yang melibat, jumlah anggota partai yang terlibat atau apa ? apakah keterlibatan anggota partai biasa dan yang pengurus apakah sama ? dan banyak pertanyaan lain.
Penyederhanaan dilakukan hanya dengan pembatasan2 sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan anggota partai adalah anggota partai yang menjadi/pernah menjadi anggota DPRD/DPR periode 2009/2014 berasal dari partai tersebut.
Data keterlibatan anggota partai ada di http://chirpstory.com/li/184257 lengkap dengan nama, jabatan dan asal partai.
Secara ringkas jumlah koruptor dari masing-masing partai adalah sebagai berikut :
Jumlah Koruptor berdasarkan Partai
Sumber: Jumlah Koruptor berdasarkan Partai
Tabel diatas menyajikan jumlah koruptor yang berasal dari masing-masing partai. Sebagai juara adalah PDIP dengan 84 koruptor dan mendominasi 33,7% dari keseluruhan koruptor yang berasal dari partai. Dengan data ini kita bisa saja menuduh bahwa sarang koruptor sebenarnya adalah PDIP. Munculnya Jokowi, Ganjar dan Tri Rismaharini hanyalah sebuah kedok dari kebobrokan partai.
Penyajian lebih jelas jika menggunakan pie chart sebagai berikut
Pie Chart Koruptor berdasarkan Partai
Sumber: Pie Chart Koruptor berdasarkan Partai
Sesungguhnya kasus-kasus korupsi didominasi oleh 4 partai saja, yaitu PDIP, Golkar, PAN dan PD dengan total jumlah koruptornya 84,3%.
Namun demikian, PDIP, Golkar dan PD punya alibi bahwa sebagai partai besar mereka memang mempunyai koruptor tetapi jumlah yang bersih jauh lebih banyak. Toh semua ada koruptornya (ingat kata SBY). Atau Mereka partai kecil, kalau besar ya sama saja (ingat kata orang Golkar).
Untuk mengatasi subyektifitas ini perlu kiranya dibuat sebuah standarisasi sehingga partai kecil dan besar mempunyai kesempatan yang sama.
Karena itu dalam kesempatan ini saya mengusulkan adanya index korupsi. Secara sederhana jumlah koruptor dibagi dengan jumlah perolehan suara partai pada pemilu 2009
Index korupsi
Sumber: Index korupsi
Ke-12 partai peserta pemilu bisa dilihat track recordnya. Kecuali Nasdem yang tidak punya rekam jejak sehingga tidak bisa dinilai, tabel diatas secara jelas menempatkan 9 partai sebagai partai tidak bersih dengan index korupsi diatas 1. Keanehan adalah pada partai Demokrat yang berada pada nomor 7. Walaupun terhitung tidak bersih, Demokrat terlihat tidak terlalu parah. Ada kemungkinan terhambatnya penetapan tersangka/masuk pengadilan/jatuhnya vonis koruptor dari partai demokrat karena ragu-ragunya penegak hukum untuk mempermasalahkan orang-orang demokrat.
Dari tabel diatas terlihat juga bahwa partai yang bisa dikatakan yang relatif bersih hanya 2, Gerindra dan PKS. Dan tentu saja, PKS mempunyai index sangat bagus dengan angka mendekati nol.
Tentu keadaan ini akan menguntungkan dua partai tersebut, utamanya PKS sebagai partai yang paling bersih.

Sumber : www.kompasiana.com
 

Malaaaaassss


Persaingan hidup yang semakin tajam, tidak membuat orang yang males segara bengkit dari “tidur panjangnya” ketika ada masukan, kritik, saran dan sebagainya, hanya “masuk kuping kanan, ke luar kuping kiri” “ngapain repot-repot, emangnya gue pikirin!” Begitu katanya. Jadi ketika ada dorongan, motivasi, nasehat atau apapun namanya datang kepadanyanya, orang malas ini “cuek bey beh”, “sabodo amat”. Ketika ditanya, mengapa sih males gitu? atau” mengapa sih lu males banget?” Maka akan ditemukan jawaban versi orang males.
Pertama, ngapain rajin bangun pagi, seperti dikejar-kejar hantu, datang ke kantor, ke pabrik, ke sekolah atau ke tempat kerja apapun namanya pagi-pagi, untuk apa? Ga naik gaji, tak tambah pendapatan, tak tambah pintar, tak bertambah apa-apa. Bangun pagi-pagi, untuk apa? Berlari-lari seperti dikejar-kejar waktu, capek deh.
Kedua, ngapain rajin-rajin sekolah, kuliah, kerja, berdagang dan lain sebagainya, untuk apa, bukankah semuanya sudah ada rejekinya masing-masing, apapun yang dilakukan kalau kan rezekinya, ya ga dapat. Ada yang rajin sekali kerjanya, ya segitu-gitu saja penghasilannya, ada yang tak bekerja apa-apa hanya menanam saham milyaran, setiap bulan dapat deviden dari perusahaan tempatnya menanam modal. Jadi buat apa rajin-rajin?
Ketiga, semua porsi jabatan sudah ada yang mengisi, dari Presiden sampai ketua RT, dari jenderal saapai ke kopral, dari konglomerat sampai engkong yang melarat, dari dokter sampai perawat, dari bisnismen sampai “okemen” atau orang yang selalu”yesmen” semuanya sudah ada yang mengisi, lalu buat apa  kuliah? Buat apa capek-capek belajar kalau hanya jadi kuli pabrik, jadi buruh harian atau pegawai kontrakan?
Keempat, ngapain nulis rajin-rajin di blog, sudah ga dibayar, menguras tenaga, pikiran dan dana, eh masih kena semprot pembaca! Di katakan bodolah, stupidlah, ceteklah, pergi aja ke laut,di hina, bahkan sampai disumpahserapahi dengan nama binatang oleh yang tak sependapat. Jadi buat apa rajin-rajin menulis di blog, lagian yang nulis juga sudah “bajibun” lalu yang baca siapa?  Sudah menulis panjang-panjang dengan ribuan karakter, eh malah “dicuekin”, capek deh.
Kelima, apa yang mau dicari? Ngapain sih repot-repot cari kerja atau bekerja yang giat? Buat apa rajin-rajin, rajin juga ga dapat apa-apa, pangkat dan jabatan sekarang ini bukan berkat orang yang rajin, tapi dekat dengan penguasa, dekat dengan orang-orang yang sedang berkuasa atau apapun namanya, bila tidak berKKN, ya segitu saja hasilnya, tak bertambah apa-apa. Lalu buat apa? Apa yang mau dicari? Di jaman edan ini, yang jujur tersingkir dan tersungkur, siapa yang tak terlibat dalam “pak gulipat” tak dapat apa-apa, hanya yang pokok saja yang dibawa pulang ke rumah.
Keenam, siapa sih kamu? Ketika dikecilkan sedemikian rupa, orang males ini bertambah kemalasennya, “Kamu itu siapa? Apa sih pangkat dan jabatanmu? Ah… hanya kelas teri toh… sudah deh jangan banyak omong, mending cuci kaki, ambil selimut , sana segera tidur!” Sudah semakin nelangsa dirinya, makin jatuh harga dirinya dan semakin terpojok di sudut-sudut jaman. Nyerah, kalah dan frustrasi maka matilah daya juang hidupnya.
Begitulah enam jawaban yang akan diperoleh dari orang yang males, yang tak punya daya juang dalam hidup, dan biasanya orang yang males miskin sekali dengan motivasi hidup, maka lahir apa yang dikatakan banyak orang” hidup segan, mati tak mau” Jadilah dia manusia yang tak punya tanggung jawab dalam hidupnya, tak merasa bertanggung jawab untuk perbaikan masyarakat, bangsa dan negaranya. Jangankan untuk yang berada di luar dirinya, di dalam dirinya sendiripun susah untuk bangkit.
Penyakit males memang akan menjadi kronis,  bila semangat juang dalam dirinya sendiri tak ada, maka apapun nasehat orang, betapapun bagus sang motivator dalam menggerakan orang lain,  tak ada manfaat apa-apa bagi orang yang malesnya sudah sampai ke “ubun-ubun.” Apa lagi kalau atasan yang paling atas dari orang males itu tak memberikan contoh yang baik, ya sudah orang males ini akan bertambah-tambah kemalesannya, daya juang  dalam hidupnya semakin kecil dan lama-lama mati, lenyap dalam dirinya dan anehnya tak dipedulikannya, ya itu tadi, sabado amat!
Begitulah bila orang males beragumentasi ketika ditanya tentang kemalesannnya. Nah kalau orang males seperti ini datangnya dari generasi muda yang menghuni Indonesia sekian puluh juta bahkan bisa lebih dari seratus juta atau separoh dari jumlah penduduk Indonesia, maka siap-sipa negara Indonesia sekian puluh tahun yang akan datang akan menjadi negara bangkrut, karena isinya orang-orang males yang tak betanggungjawab, ingin cepat kaya bukan bekerja keras, tapi korupsi. Ingin maju bukannya mencari usaha atau ikhtiar yang keras, malah bermain dengan manipulasi kwitansi.
“Dasar pemalas, ayo bangun… bangun, tak mau bangun tak siram dengan air seember! Eh… eh nyolot ya! Bangun… bangun…. ayo bangun, negara sedang menunggumu, pembangunan sedang menantimu, karya-karyamu sedang dinanti masyarakat, bangsa dan negaramu. Segara tarik selimut itu….lemparkan selimut itu… lompat dari tempat tidurmu… sekarang juga… ya sekarang, jangan kau tunggu waktu, saat ini juga kau haru bangun dari tidur panjangmu… ayo bangkit segera!… Sekarang… ya sekarang, kapan lagi?
“Tapi saya kan tak punya apa-apa?” Aduh… suruh bangun kok malah bertanya, ayo bangun segera… bangkit segera … sekarang… iya sekarang juga!
“Iya… iya..tapi saya tak punya apa-apa? Aduh… “ngeles” lagi, kau bilang tak punya apa-apa, kamu punya otak, ada pikiran, punya akal, punya tangan, ada kaki, mulut, mata, telinga, perut, kulit, rambut, paru-paru, jantung dan lain sebagainya, pergunakan semua itu untukmu berjuang! Masih kurang? Kau masih bisa menghirup udara, mendapat matahari, bisa berjalan, bisa memegang, bisa melihat, bisa berkata, bisa duduk, bisa berdiri dan lain sebagainya, masih kurang? Baik, ada yang sangat penting yang kau miliki dan ini hanya sekali kau miliki di dunia ini yaitu kehidupan, iya kau masih hidup! Dengan kau masih hidup,  itulah modal yang paling utama untuk berjuang dan bangkit!

Minggu, 09 Februari 2014

Yuuk Keep Smile



Tersenyum, betapa mudahnya hal ini dilakukan.  Hanya butuh sedetik untuk merubah bentuk bibir menjadi senyum.  Dan hanya butuh tujuh detik mempertahankan sang senyum untuk terlihat sebagai ungkapan ketulusan hati.

Tetapi kenapa hal sederhana ini jarang terlihat?  Wajah-wajah di jalan, di angkutan umum, di kantin, di kantor, bahkan di tempat wisata yang seharusnya menjadi kebun senyum, justru terlihat buram.  Kerutan-kerutan di wajah menunjukkan betapa berat beban yang harus ditanggung wajah-wajah itu.  Banyak wajah yang daerah diantara dua matanya mengkerut.  Menyeramkan dan tampak garang.  Duh...

Senyum itu sudah hilang dari wajah banyak orang.  Entah kenapa senyum – bahkan tawa – yang selalu cerah menghiasi wajah-wajah itu dari kecil, sirna begitu saja.  Sekarang, bahkan bukan hanya wajah-wajah tua dan dewasa yang telah kehilangan senyum manis.  Wajah para remaja dan anak-anak pun telah ketularan kerutan-kerutan penuh beban itu.

Senyum pada hakikatnya adalah salah satu anugerah indah dari Tuhan Yang Maha Indah.  Tuhan sengaja menganugerahkan  senyum sebagai bagian dari keindahan manusia.  Sayang, anugerah indah ini, tidak banyak ditemui di wajah banyak manusia.  Dunia akan jauh lebih indah bila penduduknya gemar tersenyum.

Hidup dan kehidupan manusia pun akan lebih indah dan menenteramkan bila kita menemui banyak senyum di sekeliling kita.  Terutama sang senyum dari wajah kita sendiri.  Bukankah sangat enak bila kita menerima senyum?  Dan bukankah jauh lebih enak bila kita lah yang memberi senyum?

Saudara, senyum yang sederhana, mudah dan gratis itu ternyata menyimpan banyak keajaiban.  Setidaknya dari berbagai pengalaman dalam hidup saya.  Yap, dalam hidup saya, saya menemui banyak keajaiban.  Bentuknya macam-macam.  Ada  kemudahan, kesehatan, keamanan, kebaikan, solusi , rizky dan sebagainya dari sebuah senyuman.