ahaya maksiat bagi jiwa, hati, dan jasmani
manusia tidaklah kecil. Hanya Allah lah yang mengetahui seluruhnya. Diantara
beberapa yang kita ketahui adalah sebagai berikut.
- Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah cahaya yang
dipancarkan kedalam hati. Namun, kemaksiatan dalam diri kita dapat menghalangi
dan memadamkan cahaya tersebut. Karena itu, tatkala Imam Syafi’i duduk di
hadapan Imam Malik untuk belajar, Imam Malik sangat kagum akan kecerdasan dan
daya hafalnya hingga beliau bertutur, “Aku melihat Allah telah menyiratkan
cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan
maksiat.”. Imam Syafi’i bertutur :
Aku
mengadu tentang kelemahan
Hafalanku
yang buruk
Dia
memberiku bimbingan
Untuk
meninggalkan kemaksiatan
Seraya
berkata “ Ketauhilah,
Ilmu
adalah karunia. Dan
Karunia
Allah tidak diberikan
Kepada
si pelaku dosa dan kemaksiatan.”
- Maksiat Menghalangi Rezeki
Di dalam musnad Ahmad disebutkan :
“ Seorang hamba dicegah dari
rezeki akibat dosa yang diperbuatnya. “
Jika ketakwaan merupakan penyebab
datangnya rezeki, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kefakiran. Tidak ada
satupun yang memudahkan rezeki Allah kecuali dengan meninggalkan maksiat.
- Maksiat Menimbulkan Jarak dengan Allah
Jauh atau sunyinya hati seorang manusia dari
cahaya Allah disebabkan oleh perbuatan maksiatnya. Tidak ada perbuatan
meninggalkan dosa yang dapat menghilangkan kesunyian tersebut kecuali
berwaspada dari perbuatan maksiat. Seorang yang berakal tentu akan dengan mudah
meninggalkan kesunyian tersebut. Diriwatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh
kepada seorang yang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif itu berpesan, “
Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah. Dalam hati kita,
tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa.”
- Maksiat Menjauhkan Pelaku Dengan Orang Lain
Kemaksiatan dapat menjauhkan
seorang manusia dengan manusia yang lain, lebih-lebih dengan golongan yang
baik. Semakin kuat tekanan perasaan tersebut, semakin jauhlah dia dari mereka
dan semakin terhalangi berbagai mamfaat dari mereka; akhirnya dia semakin
mendekati syaitan. Kesunyian dan kegersangan itu semakin menguat hingga
berpengaruh pada hubungan dia dengan istri dan anak-anaknya, juga antara dia
dengan nuraninya sendiri. Seorang Salaf berkata “ Sesungguhnya aku bermaksiat
kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang dan istriku.”
- Maksiat Menyulitkan Urusan
Seorang pelaku maksiat akan
menghadapi kesulitan dalam mengatasi segala masalahnya sebagaimana ketakwaan
yang dapat memudahkan segala urusan. Karenanya, sungguh mengherankan jika
seorang hamba sulit menghampiri pintu-pintu kebenaran sementara penyebabnya
tidak dia ketahui
- Maksiat Menggelapkan Hati
Pelaku maksiat akan senantiasa
mengalami kegelapan hati seperti gelapnya malam. Ketaatan itu cahaya sedangkan
kemaksiatan adalah gelap gulita. Ibnu Abbas r.a berkata :
“Sesungguhnya perbuatan baik itu
mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kelapangan rezeki,
kekuatan badan, kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidak
ceriaan pada raut muka , kegelapan di kubur dan di hati, kelemahan badan,
susutnya rezeki, dan kebenciaan makhluk.”
- Maksiat Melemahkan Hati dan Badan
Jika kemaksiatan itu dianggap
dapat melemahkan hati, itu sudah tidak diragukan lagi, bahkan kelemahan itu
tidak akan lenyap sampai mati. Dan jika kemaksiatan dikatakan dapat melemahkan
badan, itu karena kekuatan badan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya.
Jika hatinya kuat, kuatlah badannya. Sedangkan, bagi pelaku maksiat, walaupun
badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang ia
butuhkan., sehingga kekuatan yang ada
pada dirinya sering menipu dirinya sendiri. Renungkan saja ketika kekuatan
fisik bangsa Persia
dan Romawi yang telah menipu mereka padahal mereka sangat membutuhkannya.
Akhirnya, mereka ditaklukkan oleh ahli iman melalui kekuatan fisik dan hatinya.
- Maksiat Menghalangi Ketaatan
Dosa dan maksiat akan menghalangi
si pelaku dari ketaatan sehingga ia akan memutuskan ketaatan yang lain, dan
terputuslah jalan ketaatan selanjutnya. Begitulah seterusnya. Akhirnya,
putuslah setiap ketaatan yang nilainya lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Hal itu layaknya seseorang yang satu
kali makan tetapi mengalami sakit berkepanjangan dan menghalanginya dari
memakan makanan lain yang lebih baik.
- Maksiat Memperpendek Umur dan Menghapus Keberkahan
Jika kebajikan dikatakan dapat
menambah umur, otomatislah, maksiat dapat mengurangi umur. Pada dasarnya, umur
manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu tak ada yang namanya hidup
kecuali jika dihabiskandengan ketaatan, ibadah, cinta, dan dzikir kepada
Rabbnya, serta mementingkan keridhaan-Nya.
- Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain
Pada dasarnya, manusia yang sudah
terperangkap dalam kemaksiatan akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan
diri darinya sebagaimana diucapkan oleh ulama salaf ini :
“Di antara dampak negatif
keburukan adalah menimbulkan keburukan yang lain. Sedangkan, pengaruh kebaikan
adalah mendatangkan kebaikan berikutnya. Maka, jika seorang hamba melakukan
suatu kebaikan, kebaikan yang lainnya
akan meminta untuk dilakukan, begitu seterusnya hingga hamba tersebut
memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dan kebaikan yang tidak sedikit.
Begitu juga halnya dengan keburukan. Dengan demikian, ketaatan dan kemaksiatan
merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan yang teguh pada
diri si pelaku.”
- Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani
Inilah bahaya maksita yang paling
menakutkan karena kemaksitan dapat menyebabkan putusnya-secara
perlahan-lahan-keinginan untuk bertobat, hingga habislah sama sekali. Jika
meninggal, setengahnya pun tak akan pernah dia bertobat kepada Allah.
Justru dia datang dengan istighfar dan tobat gaya
pendusta yang hanya di bibir sedangkan hatinya masih terus-menerus terjerat
kemaksiatan yang masih tetap dijalaninya. Inilah penyakit yang paling berbahaya
dan paling dekat dengan kebinasaan.
12. Maksiat Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri
Jika kemaksiatan sudah menghilangkan anggapan
bahwa kemaksiatan itu merupakan suatau keburukan, kemaksiatan akan menjadi adat
kebiasaan sehari-hari yang menyebabkan pelakunya tidak memiliki rasa malu.
Orang-orang fasik berpendapat bahwa hal
ini merupakan puncak kebahagian dan kebanggaan sehingga dengan bangganya dia
berkata, “ Hai Fulan, semalam aku telah berbuat anu….’ Orang seperti ini tidak
akan peduli dengan cemoohan orang lain. Dengan begitu, baginya jalan tobat
sudah tertutup dan pintu-pintunya telah terkunci. Sehubungan degan itu,
Rasulullah S>A>W bersabda :
“Setiap Ummatku dimaafkan kecuali yang bermaksiat
terang-terangan. Diantara maksiat terang-terangan adalah seorang hamba dengan
bangga menceritakan perbuatan maksiatnya, padahal Allah telah menutupinya. Dia
berkata “ Hai Fulan, kemarin aku berbuat anu..anu..” dengan begitu sebenarnya
dia telah mengoyak kehormatan dirinya sendiri, padahal Allah telah menutupinya
semalam-malaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar