Selasa, 25 Juni 2013

Pengaruh dan bahaya berbuat maksiat




Bahaya maksiat bagi jiwa, hati, dan jasmani manusia tidaklah kecil. Hanya Allah lah yang mengetahui seluruhnya. Diantara beberapa yang kita ketahui adalah sebagai berikut.

  1. Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan

Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan kedalam hati. Namun, kemaksiatan dalam diri kita dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Karena itu, tatkala Imam Syafi’i duduk di hadapan Imam Malik untuk belajar, Imam Malik sangat kagum akan kecerdasan dan daya hafalnya hingga beliau bertutur, “Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.”. Imam Syafi’i bertutur :
                              Aku mengadu tentang kelemahan
                                    Hafalanku yang buruk
                                    Dia memberiku bimbingan
                                    Untuk meninggalkan kemaksiatan
                                    Seraya berkata “ Ketauhilah,
                                    Ilmu adalah karunia. Dan
                                    Karunia Allah tidak diberikan
                                    Kepada si pelaku dosa dan kemaksiatan.”

  1. Maksiat  Menghalangi Rezeki

Di dalam musnad Ahmad disebutkan :

“ Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya. “

Jika ketakwaan merupakan penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kefakiran. Tidak ada satupun yang memudahkan rezeki Allah kecuali dengan meninggalkan maksiat.

  1. Maksiat Menimbulkan Jarak dengan Allah

Jauh  atau sunyinya hati seorang manusia dari cahaya Allah disebabkan oleh perbuatan maksiatnya. Tidak ada perbuatan meninggalkan dosa yang dapat menghilangkan kesunyian tersebut kecuali berwaspada dari perbuatan maksiat. Seorang yang berakal tentu akan dengan mudah meninggalkan kesunyian tersebut. Diriwatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang yang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif itu berpesan, “ Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah. Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa.”

  1. Maksiat Menjauhkan Pelaku Dengan Orang Lain

Kemaksiatan dapat menjauhkan seorang manusia dengan manusia yang lain, lebih-lebih dengan golongan yang baik. Semakin kuat tekanan perasaan tersebut, semakin jauhlah dia dari mereka dan semakin terhalangi berbagai mamfaat dari mereka; akhirnya dia semakin mendekati syaitan. Kesunyian dan kegersangan itu semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dia dengan istri dan anak-anaknya, juga antara dia dengan nuraninya sendiri. Seorang Salaf berkata “ Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang dan istriku.”

  1. Maksiat Menyulitkan Urusan

Seorang pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam mengatasi segala masalahnya sebagaimana ketakwaan yang dapat memudahkan segala urusan. Karenanya, sungguh mengherankan jika seorang hamba sulit menghampiri pintu-pintu kebenaran sementara penyebabnya tidak dia ketahui

  1. Maksiat Menggelapkan Hati

Pelaku maksiat akan senantiasa mengalami kegelapan hati seperti gelapnya malam. Ketaatan itu cahaya sedangkan kemaksiatan adalah gelap gulita. Ibnu Abbas r.a berkata :
“Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kelapangan rezeki, kekuatan badan, kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidak ceriaan pada raut muka , kegelapan di kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki, dan kebenciaan makhluk.”

  1. Maksiat Melemahkan Hati dan Badan

Jika kemaksiatan itu dianggap dapat melemahkan hati, itu sudah tidak diragukan lagi, bahkan kelemahan itu tidak akan lenyap sampai mati. Dan jika kemaksiatan dikatakan dapat melemahkan badan, itu karena kekuatan badan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat, kuatlah badannya. Sedangkan, bagi pelaku maksiat, walaupun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang ia butuhkan., sehingga kekuatan  yang ada pada dirinya sering menipu dirinya sendiri. Renungkan saja ketika kekuatan fisik bangsa Persia dan Romawi yang telah menipu mereka padahal mereka sangat membutuhkannya. Akhirnya, mereka ditaklukkan oleh ahli iman melalui kekuatan fisik dan hatinya.

  1. Maksiat Menghalangi  Ketaatan

Dosa dan maksiat akan menghalangi si pelaku dari ketaatan sehingga ia akan memutuskan ketaatan yang lain, dan terputuslah jalan ketaatan selanjutnya. Begitulah seterusnya. Akhirnya, putuslah setiap ketaatan yang nilainya lebih baik daripada dunia dan seisinya. Hal itu layaknya  seseorang yang satu kali makan tetapi mengalami sakit berkepanjangan dan menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik.

  1. Maksiat Memperpendek Umur dan Menghapus Keberkahan

Jika kebajikan dikatakan dapat menambah umur, otomatislah, maksiat dapat mengurangi umur. Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu tak ada yang namanya hidup kecuali jika dihabiskandengan ketaatan, ibadah, cinta, dan dzikir kepada Rabbnya, serta mementingkan keridhaan-Nya.

  1. Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain

Pada dasarnya, manusia yang sudah terperangkap dalam kemaksiatan akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan diri darinya sebagaimana diucapkan oleh ulama salaf ini :

“Di antara dampak negatif keburukan adalah menimbulkan keburukan yang lain. Sedangkan, pengaruh kebaikan adalah mendatangkan kebaikan berikutnya. Maka, jika seorang hamba melakukan suatu kebaikan, kebaikan yang lainnya  akan meminta untuk dilakukan, begitu seterusnya hingga hamba tersebut memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dan kebaikan yang tidak sedikit. Begitu juga halnya dengan keburukan. Dengan demikian, ketaatan dan kemaksiatan merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan yang teguh pada diri si pelaku.”

  1. Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani

Inilah bahaya maksita yang paling menakutkan karena kemaksitan dapat menyebabkan putusnya-secara perlahan-lahan-keinginan untuk bertobat, hingga habislah sama sekali. Jika meninggal, setengahnya pun tak akan pernah dia bertobat kepada Allah. Justru dia datang dengan istighfar dan tobat gaya pendusta yang hanya di bibir sedangkan hatinya masih terus-menerus terjerat kemaksiatan yang masih tetap dijalaninya. Inilah penyakit yang paling berbahaya dan paling dekat dengan kebinasaan.

12. Maksiat Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri
 Jika kemaksiatan sudah menghilangkan anggapan bahwa kemaksiatan itu merupakan suatau keburukan, kemaksiatan akan menjadi adat kebiasaan sehari-hari yang menyebabkan pelakunya tidak memiliki rasa malu. Orang-orang fasik berpendapat  bahwa hal ini merupakan puncak kebahagian dan kebanggaan sehingga dengan bangganya dia berkata, “ Hai Fulan, semalam aku telah berbuat anu….’ Orang seperti ini tidak akan peduli dengan cemoohan orang lain. Dengan begitu, baginya jalan tobat sudah tertutup dan pintu-pintunya telah terkunci. Sehubungan degan itu, Rasulullah S>A>W bersabda :
“Setiap Ummatku dimaafkan kecuali yang bermaksiat terang-terangan. Diantara maksiat terang-terangan adalah seorang hamba dengan bangga menceritakan perbuatan maksiatnya, padahal Allah telah menutupinya. Dia berkata “ Hai Fulan, kemarin aku berbuat anu..anu..” dengan begitu sebenarnya dia telah mengoyak kehormatan dirinya sendiri, padahal Allah telah menutupinya semalam-malaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar